TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan krisis wabah virus Corona (COVID-19) adalah ujian terbesar sejak PBB terbentuk atau 75 tahun lalu setelah Perang Dunia II berakhir.
Sekjen Antonio Guterres meminya setiap orang bertindak bersama-sama mengatasi dan mengurangi dampak tersebut terhadap masyarakat.
Dalam siaran pers yang diterima Tempo, 1 April 2020, laporan terbaru PBB berjudul "Tanggung Jawab Bersama, Solidaritas Global: Menanggapi Dampak Sosial-Ekonomi COVID-19", menguraikan skala wabah, parahnya kasus, dan ancaman serta gangguan ekonomi akibat virus Corona.
"Krisis kemanusiaan ini menuntut tindakan kebijakan yang terkoordinasi, tegas, inklusif, dan inovatif dari ekonomi terkemuka dunia, dan dukungan finansial dan teknis maksimum untuk masyarakat dan negara-negara yang paling miskin dan paling rentan," kata Antonio Guterres dalam konferensi pers virtual.
Laporan tersebut muncul setelah IMF mengumumkan bahwa dunia telah memasuki resesi yang buruk atau lebih buruk dari pada tahun 2009. Laporan ini menyerukan tanggapan multilateral skala besar, terkoordinasi dan komprehensif berjumlah setidaknya 10 persen dari PDB global.
Untuk itu, Sekretaris Jenderal telah membentuk sebuah Dana Respons dan Pemulihan COVID-19 khusus untuk mendukung upaya-upaya di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Pendekatannya menopang PBB yang direformasi dengan respons multi-lembaga, multi-sektoral yang terkoordinasi untuk tindakan nasional dan lokal yang diprioritaskan untuk mengatasi dampak sosial ekonomi dari krisis COVID-19. Ini akan mengandalkan kepemimpinan negara Koordinator Penduduk dan Tim Negara PBB dalam mendukung dan memungkinkan pemerintah dengan cepat dalam krisis ini, dan pemulihan.
Staf medis rumah sakit Severo Ochoa memuji dukungan untuk petugas kesehatan, di tengah wabah penyakit virus Corona (COVID-19), di Leganes, dekat Madrid, Spanyol 1 April 2020. Kecuali Italia, virus ini telah membunuh lebih banyak orang di Spanyol daripada di tempat lain , memicu lockdown yang telah membuat kegiatan ekonomi macet. Sebuah survei menunjukkan sektor manufaktur Spanyol menuju kemerosotan setelah menyusut pada bulan Maret pada laju tertajam sejak 2013. [REUTERS / Juan Medina]
Menurut data Organisasi Buruh Internasional (ILO) sekitar 25 juta pekerjaan hilang, US$ 3,4 triliun (Rp 56.243 triliun) kerugian dalam pendapatan tenaga kerja, hingga 1,5 miliar siswa putus sekolah menurut data UNESCO.
Laporan AS mengimbau negara-negara untuk mengikuti pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan untuk tanggapan kesehatan segera untuk menghentikan penyebaran virus, termasuk meningkatkan pengujian, karantina, dan perawatan.
"Kami masih sangat jauh dari tempat kami harus secara efektif memerangi COVID-19 di seluruh dunia dan untuk dapat mengatasi dampak negatif," kata Guterres.
Guterres mengatakan dia sangat peduli terhadap Afrika dan mendesak negara-negara maju untuk berbuat lebih banyak bagi negara-negara yang kurang siap.
Laporan itu juga menyerukan tanggapan multilateral yang sekurang-kurangnya 10% dari produk domestik bruto global.
Lebih dari 878.000 orang di seluruh dunia telah terinfeksi virus Corona dan lebih dari 43.000 orang telah meninggal, menurut data Reuters pada 2 April 2020.